Melly mengendap-endap keluar dari pintu belakang, menjinjing tas gembelnya yang seperti biasa berisi handphone, dompet, buku, notes dan sedikit cemilan. Suasana tidak memungkinkan jika dia lewat pintu depan. Bisa-bisa orangtuanya memergokinya lagi. Dibukanya pintu dapur dengan perlahan, dencit pintu membuatnya harus berhati-hati sambil menoleh kanan kiri mengawasi keadaan. Ditutupnya pintu tersebut seperti posisi semula.
“Huf…. Akhirnya gue bisa keluar” pikirnya dalam hati
Dia berlari meninggalkan komplek rumahnya dengan cemas, takut kalau salah satu tetangganya tahu. Karena tidak biasanya dia berjalan kaki, biasanya dia pergi menggunakan motor. Tidak mungkin dia menggunakan motor, karena dalam beberapa detik pasti memergokinya keluar. Langsung disambarnya handphone menghubungi Awang.
“Wang loe dimana sekarang?”
“Gue di rumah, kenapa Mel?
“Loe cepetan kesini dah, bawa helm dua. Gue tunggu di depan kompleks. Cepetan!”
“Nah…gue lagi bikin mie neh… Ntar aja yah, nanggung!”
“Ah…tinggalin aja, gue bisa keburu di perkosa preman nungguin loe. Cepetan!”
Awang langsung bergegas mengambil motornya setelah tidak tega membiarkan Melly menunggu sendirian di depan kompleks. Sekitar setengah jam menunggu akhirnya Awang datang juga.
“Lama amat seh loe”
“Yaelah… Tempat loe kan jauh Mel! Kenapa seh loe, tumben gak janjian dulu mau keluar. Kenapa seh?”
“Ah..udahlah cepetan jalan dulu, gue males neh… Makan sekoteng aja yuk di daerah atas?”
“Wah.. Sarap loe Mel… Makan sekoteng sampe kesono. Cari yang disini aja lah. Jauh tau’, cari daerah sini aja ya”
“Ogah! gue bilang ke daerah atas ya daerah atas”
Akhirnya mereka pergi ke daerah atas tempat mereka biasanya menghabiskan waktu hanya sekedar makan gethuk goreng dan minum sekoteng. Awang adalah sahabat terbaiknya yang menemaninya. Awang sangat mencintai Melly, begitu juga Melly yang sudah tergantung hidunya dengan Awang. Tidak pernah ada ungkapan kata “cinta” dari mereka. Semuanya mereka jalani apa adanya, tanpa ada ikatan pacaran atau apapun.
***
“Bagaimana kalau saya dan Melly menikah bulan Agustus tahun ini bu?”
” Berarti kurang lima bulan lagi kan Nak Agung? jawab ibu
“Melly sudah tahu rencana ini atau belum?” tanya ayah kepada Agung
“Belum Pak.. Saya hubungi tidak diangkat, di sms tidak membalas. Saya tidak pernah berkomunikasi langsung dengan Melly. Sebenarnya Melly siap menikah apa belum ya Pak?
“Saya belum membicarakan ini dengan Melly. Ibu coba panggil Melly sekarang.”
Ibu beranjak dari ruang tamu menuju kamar Melly. Di depan pintu Melly sudah memberikan tulisan. “Jangan diganggu sedang sibuk skripsi!”. Ibu tahu, akhir-akhir ini Melly tidak ingin di ganggu karena dia sedang menyelesaikan skripsinya yang sudah memasuki Bab akhir. Tanpa berani mengganggu, Ibu tidak memanggil atau mengetuk pintu.
“Pak… Melly sedang sibuk buat skripsi. Emosinya sedang labil, apa tidak sebaiknya kita bicarakan saat Melly sudah tenang?”
“Tapi ibu saya sudah menanyakan ini terus, dan ingin meminta jawaban Melly. Saat di telepon ibu saya saja Melly tidak menjawab dan mengalihkan pembicaraan.”
“Melly pasti menikah denganmu kok Nak. Jangan khawatir.” jawab ibu menenangkan hati Agung.
***
“Udah makan dua mangkok sekoteng belom cerita juga, ada apa seh Mel?”
Ditatapnya wajah Awang, wajah orang yang sangat di cintainya. Melly tidak sanggup menjawab dan menjelaskan perihal perjodohan antara dia dan Agung. Agung adalah lelaki yang baik, sopan dan mampu. Orangtua mereka berkehendak untuk menikahkan mereka. Dari 2 tahun pertunangan itu, Melly sama sekali tidak pernah mau diajak pergi berdua dengan Agung. Entahlah dia merasaka tidak cocok dengan lelaki ini. Ibu Melly menginginkan dia menikah dengan Agung supaya hidup keluarganya kelak tidak sengsara lagi, seenggaknya ada yang membantu perekonomian keluarga karena keluarga Melly adalah keluarga biasa-biasa saja. Dia benar-benar tidak sanggup menceritakan semuanya kepada Awang. Dia takut Awang akan meninggalkannya dan dia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya di tinggal Awang.
“Woi..sompret! ditanyain malah bengong, kesambet setan sekoteng loe?”
“Kagak apa-apa, gue pingin nikamtin malam ini sama loe aja Wang.”
“Ya.. Ntar jam 10 gue balikin loe di depan komplek buat mangkal.haha..”
“Sialan loe!”
Awang tahu apa yang ada di mata wanita yang di cintainya itu. Dia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan. Dia menatap tajam pada Melly yang sedang sibuk makan. Dalam hati Awang, dia ingin selalu menjaga wanita ini, memeluknya dan tidak akan membiarkannya merasa kesepian. Sempat dulu Awang bolos ujian karena menemani Melly ke Jogja mencari buku. Dia tidak tega melihat Melly sendirian naik bis dan berkeliaran di Jogja. Jam berapa pun Melly ingin bertemu Awang pasti ada untuknya, walaupun kadang Melly hanya iseng ingin di temani makan siang. Kebersamaan mereka sudah berjalan hampir 2 tahun tanpa di ketahui oleh keluarganya Melly maupun Awang. Karena mereka mempunyai prinsip yang sama. “tidak akan membawa pacar kerumah masing-masing jika belum benar-benar merasa serius”. Alhasil selama hampir 7 tahun Melly tidak pernah datang membawa lelaki untuk dikenalkan orangtuanya. Dan orangtuanya mengira Melly tidak mempunyai kekasih.
“Wang seandainya tiba-tiba gue nyuruh loe pergi dan jangan nyari gue. Apakah loe mau melakukannya buat gue?” tanya Melly sambil menatap tajam mata Awang.
Sontak Awang merasa kaget mendengar pertanyaan gila yang terlontar dari tubuh Melly. Tidak mungkin dia akan berdiam diri jika mengetahui Melly pergi dan tidak ada kabar.
“Ah..loe tanya aneh-aneh aja! Udah ah…pulang yuk dah malem”
Di boncengnya Melly dengan mengendarai sepeda motor. Seperti biasa Melly memeluk erat tubuh Awang. Di punggung itu Melly menangis. Melly tidak ingin kehilangan punggung yang ada dihadapnya sekarang. Melly tidak bisa membayangkan jika pernikahan itu terjadi. Apakah Melly akan lari dari pernikahannya sekaligus keluarganya demi Awang? Ataukah meninggalkan Awang?
Di lamunan malam itu, Awang juga menerawang jauh maksud dari pertanyaan Melly tadi. Dia berusaha untuk mendapatkan maksudnya tanpa memaksa Melly. Hanya helaan nafas dan harap cemas pada Tuhan… Entah apa yang terjadi esok. Yang pasti, Awang tidak bisa jauh dari Melly.