Ya....


"Kenapa seh baru diangkat?" terocosku tanpa henti
"Sabar donk sayang, aku lagi ngamen di bis. Jadi gak bisa angkat telepon" jawabnya
"Tau gak seh aku kangen banget ma kamu"
"Iya, tau..."
" Kamu kangen gak?" tanyaku manja
"Yaelah gitu aja ditanya, pastilah kangen lah sayang. Cepet pulang donk!"
"Iya beberapa hari lagi pulang kok. Sayang mau di bawain oleh-oleh apa?"
"Kalau gak ada daun mending gak usah deh sayang, di tabung aja ya. Buat lunasin utang.haha..."
"Iya..."
"kok lesu gitu seh?semangat donk."
"I love u sayang"
"me too.."

Telepon akhirnya tertutup, dan tak kuasa aku menahan tangis. Aku tidak menyangka dia berusaha mati-matian untuk hubungan kita. Dia rela mengamen di tiap bis untuk menambah penghasilan dan ditabung untuk biaya penyakitku dan pelunasan hutang-hutang gara-gara sakit ini juga. Aku bangga... Dia suamiku
Selanjutnya...

Lipstik Merah Jambu, Siera



Diandra tersenyum kecut melihat polah tingkah kedua sahabatnya. Radit dan Adam. Mereka berdua selalu membahas tentang si Siera blesteran Padang- Perancis yang bohai. Tidak ada mata lelaki yang menilainya tidak cantik. Rambut panjang hitam ikal sepinggang dan kulitnya yang putih memunculkan imajinasi film dewasa ilegal di bawah alam sadar bagi semua kaum adam.
“Sumpeh, gue kagak nyangka ada makhluk seindah Siera” kata Radit sambil memandang Siera yang sedang sibuk mengobrol di bangku taman kampus dengan memakai short dresspink dengan belahan menurun yang membuat bagian lain terlihat menyembul keatas.
“Iye.. wajahnya bening Bro. kagak ade jerawat blingsatan di mukenye. Bodinye..haduh kagak nahan” kata Radit masih menganga setiap melihat Siera.
“Woi pada mangap gitu, kenape seh kalian?” kata Diandra datang sambil merampas korek dari tangan Adam yang sedang mangap pula.
“Ah..loe ganggu aja ndra. Kite lagi liatin Siera. Ajubune… jarang ada stock wajah cewek kayak gitu di Jakarta” kata Adam tidak mampu berkedip apalagi memandang Diandra yang baru datang.
“Hehehe… udah 2 semester kalian jadi penggemar rahasia bulukan yang hanya mampu melototin dadanya doank” jawab Diandra ketus
“Enak di pandang semua bagian tubuhnya, Nyet. Daripada elo… cewek bukan cowok juga bukan. Ngampus pake jeans ama kaos gombor mlulu. Rambut awut-awutan. Bau rokok pula. Hedeh…”balas Radit cekikan
“Eh.. Dit, gue sebenarnya cantik klo gue mau dandan kayak Siera tapi gue ogah ribet! “ kata Diandra sambil nenggak es cendol Radit yang tinggal separoh.
“Heleh… loe kan cewek cuman di katepe doank Nyet!”
Diandra terdiam sejenak. Lalu dengan mulut manyun meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang menikmati kecantikan Siera. Ya… sejak kecil hingga sekarang Diandra memang penuh paradok. Nyaman berpenampilan macho sejak usianya 5 tahun dan gemar melakukan olahraga ekstrim layaknya cowok.Ada suatu kecemburuan tersendiri di hati Diandra bahwa dia ingin membuktikan pada sahabatnya, jika dia juga bisa cantik seperti Siera . Sebenarnya, Diandra dan Siera sudah kenal begitu dekat sewaktu SMA. Sejak lulus SMA, Siera ikut orangtuanya selama setahun di Perancis dan akhirnya kembali lagi ke Indonesia dan tiba-tiba menjadi adik kelasnya di kampus dengan jurusan yang sama diambil Diandra. Tapi, tidak pernah sepotong kata pun atau sapa keluar dari mulut keduanya. Mereka berpura-pura tidak pernah kenal satu sama lain.
*
Short dress warna hijau muda selutut dan wedges putih. Tak lupa memoles wajahnya yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak tersentuh make-up. Dan lipstik merah jambu, yang selalu disimpannya dan tak pernah dipakainya.
Dengan gemetar dia lukiskan lipstik merah jambu ke bibirnya. Dia pandangi sejenak bibir dan mengelusnya dengan lembut. Ada rasa sakit. Ngilu. Rindu…
“Oke finish” katanya memandang dirinya sendiri di depan kaca. Sekali lagi dia mematut-matutkan tas yang akan dibawanya hasil palakan dari Kak Dewi. Cole abu-abu jadi pilihannya ke kampus pagi ini dan memarkirkan sejenak ransel buluk kesayangannya.
Kak Dewi dan mamanya terkaget-kaget melihat penampilan Diandra keluar dari kamarnya.
“Woi…. Kesambet setan loe?” kata Kak Dewi
“Hus… jangan bilang gitu ah. Lihat, Diandra memang cantik kalau berpenampilan seperti ini. Akhirnya mama baru yakin jika di bulan April 20 tahun silam mama melahirkan anak perempuan bukan laki-laki” kata mama tersenyum sambil membenarkan rambut Diandra.
“Udah ah.. Diandra pergi dulu ya” kata Diandra sambil meninggalkan Mama dan Kak Dewi tersenyum melihat perubahan drastisnya.
Sesampainya di kampus, dia langsung menyambangi tempat nongkrong sahabatnya. Tanpa berkata-kata dia duduk di sebelah Adam yang sibuk dengan netbook-nya dan Radit yang sibuk mencet tuts handphone.
Saat Diandra mulai duduk, dengan serempak mereka mematung melihat penampilan Diandra hari ini.
“Subhanallah…… loe Diandra?” kata Adam menganga
“Ini bukan mimpi kan? Cantik bener loe Nyet eh Diandra… Sumpah” kata Radit
“Nah gini gue baru percaya klo loe cewek. Sumpah loe gak kalah jauh ma Siera kalau gini” cetus Adam
Dari kejauhan, Siera mendengar obrolan mereka.Tatapan tajam tertuju pada Diandra dengan penampilan barunya. Diandra juga menatap Siera dengan tajam tanpa ada sedikit senyum. Kedua sahabatnya juga melihat Siera dingin menatap mereka.
“Eh.. Nyet, apa gue tadi omongnya keblabasan yak? sampe-sampe Siera denger terus mlotot ke kite. Wah dia kalah saing tuh kayaknya.” Kata Adam lirih
“Mungkin .. Dia kan temen gue dari SMA. Emang orangnya kayak gitu kok” jawab Diandra datar
“Heeeee…… kenape loe baru bilang klo die temen loe SMA? Kalau emang die temen loe kenapa gak pernah ngobrol atau nyapa loe?” tanya Radit heran
“Gak ngerti deh” jawab Diandra datar
Diandra diam. Merenung dan meraba maksud tatapan Siera. Dari kejauhan Siera masih memandang Diandra diam-diam. Diandra tahu Siera pasti bakal marah melihat perubahannya, apalagi lipstik merah jambu miliknya melekat di bibir Diandra.
*
I want to meet u, Diandra… gue tunggu di cafĂ© tempat biasa dulu kita ketemu. Masih inget kan? Jam 7 malam. Jangan loe pake baju tolol seperti tadi siang.Siera
Diandra merasa heran kenapa Siera tahu nomor ponselnya dan kenapa juga dia tiba-tiba ingin bertemu denganku. Diandra tidak memakai baju feminim seperti waktu di kampus siang tadi. Dia memakai celana pendek selutut dan kaos di balut jaket.
Disana, Siera sudah menunggu diiringi alunan musik Spanyol kesukaannya. Tempatnya duduk menghadap small stage membelakangi pintu masuk. Jadi, dia tidak mengetahui kedatangan Diandra.
“Hai… dah dari tadi?” tanya Diandra
“Gak baru aja” jawab Siera datar
Waiter tiba-tiba datang dan menyodorkan buku menu dan siap untuk mencatat pesanan mereka,
“Loe belom pesen ya? Hem…. Gue pesen apaan ya? Kata Diandra sambil bolak-balik buku menu
“Cappucino latte dengan sedikit cream dan gula. Tanpa choco granul 2 gelas please” terocos Siera tanpa memberikan waktu sedetikpun untuk Diandra memesan pilihannya
“Hem… loe masih inget juga” kata Diandra. Siera hanya diam tidak menjawab
Setelah waiter meninggalkan mereka berdua. Susaana menjadi hening. Kaku.
“Kenapa loe tiba-tiba sms gue dan minta ketemuan disini?” tanya Diandra
“Gue eneg aja liat tampilan loe di kampus tadi.” jawab Siera datar
“Terus apa urusan loe? Serah gue donk mau pake apa!” kata Diandra meluap
“Diandra…. Gue gak suka aja loe berpenampilan kayak gitu. Apa lagi dengan lipstik gue di bibir loe. Gue tau itu lipstick pink gue kan! Dulu, loe selalu memuji bibir gue karena terlihat cantik dengan lipstick itu. Loe gak pantes pake lipstik itu, cuman gue. Hanya gue yang pantes!” kata Siera
“Eh Siera! Emang loe doank yang bisa berpenampilan kayak gitu. Iya ni lipstik loe. Emang napa? “ tukas Diandra dengan suara tinggi
Tatapan Siera yang mulanya penuh amarah mendadak berubah. Matanya berkaca-kaca, bibirnya gemetar.
“Gue tau loe masih benci dengan gue gara-gara gue ke Perancis tanpa sepengetahuan loe. Maafin gue” kata Siera lirih.
Diandra tidak langsung menjawab. Dia menatap tajam ke mata Siera yang berkaca.
“Tega loe!” kata Diandra tegas
“Gue terpaksa. Ortu gue maksa gue harus ninggalin Indonesia. Gue di sana juga tersiksa makanya gue berusaha balik lagi dan nyariin loe sampe bela-belain ambil kampus dan jurusan yang sama kayak loe!” kata Siera terbata-bata sambil melihat mata Diandra dalam.
“Sudahlah.. gak usah loe ungkit-ungkit masa lalu. Gue dah maafin loe. Gue dah ikhlasin kepergian loe” jawab Diandra lirih
“Gue masih merasa bersalah,” air amata Siera mengucur dengan deras
“Sekarang apa yang loe inginkan?” tanya Diandra
Siera hanya diam tidak menjawab. Mereka hanya menatap mata masing-masing, sangat dalam , serasa ingin mengungkapkan … aku rindu, aku masih mencintaimu seperti dulu.
Selanjutnya...

Jadilah Lebih Besar dari Masalahmu


Fiqhislam.com - Ada sebuah prinsip motivasi yang saya sukai yakni, “Buatlah dirimu jauh lebih besar dari masalahmu!”. Untuk itulah, saya ingin memulai dari kisah motivasional yang luar biasa tentang  usaha Sir Edmund Hillary untuk menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia.
Jadilah Lebih Besar dari Masalahmu Konon, kabarnya pada 1952, Sir Edmund Hillary dengan timnya telah mencoba mendaki puncak tertinggi di dunia. Namun, hasilnya nihil alias gagal. Bagaimanapun juga usaha pendakiannya tersebut tetap amat dikagumi. Hingga akhirnya, beberapa minggu setelah kegagalannya, Sir Edmund Hillary diminta untuk memberikan inspirasinya mengenai usahanya di sebuah komunitas di Inggris.
Pada hari itu, ketika tiba giliran Sir Edmund Hillary untuk berbicara, tepukan tangan meriah mengiringi. Namun, Sir Edmund Hllary kemudian mengejutkan hadirin yang ada di situ, karena dia berdiri jauh-jauh dan menunjuk pada gambar gunung yang ada di latar belakang podium.
Lantas dengan lantang Sir Edmund Hillary berseru, “Mount Everest, kamu mengalahkan saya pertama kali. Tapi, lain kali saya akan mengalahkanmu karena kamu sendiri sudah berhenti bertumbuh tetapi saya sendiri….masih akan terus bertumbuh”.
Akhirnya, benar juga. Pada tahun berikutnya, tepatnya tanggal 29 Mei 1953, Sir Edmund Hillary bersama dengan Tanzing Norgay menjadi dua orang manusia pertama yang sampai di puncak gunung itu.
Bagaikan latihan beban
Kisah inspiratif Sir Edmund Hillary tersebut mengingatkan kita bahwa pada prinsipnya hidup itu seperti kita sedang latihan mengangkat beban. Pada suatu ketika, kita akan terhenti di suatu beban yang kita tidak mampu mengangkatnya.
Mereka yang berhasil adalah yang tidak pernah menyerah dengan beban tersebut. Langkah berikutnya yang mereka lakukan adalah secara rutin mereka mengembangkan otot-otot mereka. Mereka makan makanan dengan nutrisi tinggi.

Mereka berlatih, mereka minta saran dari yang mampu mengangkat beban tersebut bahkan mencontoh dari mereka. Setelah sekian lama berlatih, akhirnya tibalah saatnya latihan mereka diujicobakan dan, ternyata mereka mampu mengangkatnya!
Mengenai hal ini, sangat tepatlah kalimat yang diucapkan oleh si genius penerima hadiah Nobel, Albert Eistein ketika ia mengatakan, “Suatu masalah yang kamu hadapi saat ini, tidak bisa dipecahkan dengan level berpikir yang sama seperti sekarang”.
Saya pun teringat saat seorang pebisnis berbincang-bincang dengan saya dan berkeluh kesah, “Pak Anthony, sudah tiga tahun bisnis saya sepertinya mengalami stagnasi.  Jalan di tempat dan profitnya dari tahun ke tahun ya sama saja”.
Maka, saran sederhana yang saya berikan kepadanya adalah menyuruhnya untuk mengembangkan dirinya, belajar serta menggunakan pendekatan baru sehingga dia bisa punya ‘level ‘ yang berbeda untuk mengembangkan bisnisnya.
Menariknya, kasus semacam ini bukan hanya dialami oleh si pebisnis ini saja tetapi juga pada sebagian besar orang dalam hidup mereka. Banyak di antara kita yang seakan-akan berjalan di tempat.
Mereka mengharapkan dan mengimpikan hasil yang lebih baik tetapi, kenyataannya mereka hanya berjalan di tempat dan tidak mengalami perkembangan. Masalah sederhana, mereka mulai terjebak dalam pertumbuhan dan kemampuan yang sama, tindakan yang sama, dan sebagai akibatnya, hasil yang mereka peroleh pun menjadi sama saja.
Berlatih dan bayar ongkosnya
Ketika pertumbuhan kita mengalami stagnasi dan hasilnya begitu-begitu saja, tidak seperti yang kita mpikan, maka itulah alarm supaya kita mau berbenah dan mengembangkan diri kita. Suatu impian dan cita-cita tinggi, tidak mungkin terwujud kalau kita tidak mengembangkan kapasitas kita untuk mendukungnya.
Andaikan saja, Sir Edmund Hillary hanya bercita-cita mencapai puncak tertinggi di dunia tetapi tidak mulai berlatih dan mempersiapkan dirinya, maka tindaklah mungkin di ahin 1953 ia akan mampu menaklukkan puncak tertinggi itu.
Saya pun teringat kisah dahsyat dari Bruce Jenner, mantan atlet pemecah rekor Olimpiade 1976, yang sekarang banyak muncul di TV dalam acara keluarga Kardashian, karena menajadi ayah tirinya Kim Kardashian. Diceritakan bagaimana pada 1972, dia hanya mendapat juara ke-10 di acara Olimpiade 1972 di Munich.
Saat itulah, dia berjanji pada dirinya. Di kejuaraan berikutnya, dia mau menjadi pemenangnya. Maka, mulailah setiap hari selama empat tahun diceritakan bagaimana Bruce Jenner berlatih hampir 7 hingga 8 jam sehari tanpa ada waktu istirahat termasuk minggu. Akhirnya,tibalah hari dimana kemampuan diuji pada 1976 di Olimpiade di Toronto. Hasilnya? Bruce Jenner keluar dengan medali emasi untuk Decatlon.
Bayangkan, saat mengenang momen itu, Bruce Jenner berkisah, “Saat saya datang dan berlomba, tidak ada  yang mengenal bahkan menjabat tanganku. Bahkan, melihatku pun tidak. Tapi, ketika saya keluar dengan medali emas, semua tangan berebut menyalamiku dan orang-orang berebutan meminta tanda tanganku. Semua latihan dan pengorbanan yang saya lakukan, tidak sia-sia!”
Memang itulah, buah dari pengorbanan dan ongkos yang dibayar oleh si Bruce Jenner. Yang namanya medali emas, tetap akan ada disana dan tetap diperlombakan. Tetapi, Bruce Jenner tahu bahwa jika dirinya ingin mendapatkan medali emas tersebut, dia tidak boleh lagi berlatih dengan cara yang sama.
Makanya, dia pun mulai berlatih dengan begitu giat selama 4 tahun lamanya. Dia mengembangkan dirinya dan mengembangkan kemampuannya. Ujung-ujungnya, ia memperoleh medali emasnya!
Bagaimana membuat dirimu lebih besar?
Kita perlu ingat selalu kalimat Albert Eistein bahwa kita harus membuat diri kita bisa berada di level yang berikutnya agar mampu mengatasi masalah yang kita hadapi saat ini. Bagaimana caranya agar kita bisa mengembangkan diri kita ke level berikutnya? Ada berbagai hal yang bisa kita lakukan!
Pertama, perhatikan mereka yang telah sampai ke level yang Anda idam-idankan. Cobalah perhatikan apa yang sesungguhnya mereka lakukan. Lantas, bertanyalah pula bagaimana Anda bisa mulai melakukan apa yang telah mereka lakukan.
Banyak klub sepak bola maupun klub olah raga yang melakukan langkah seperti ini. Bagaimana caranya membawa pemain mereka ke level yang berikutnya? Salah satunya dengan cara mendatangkan ataupun membeli pelatih dari klub yang telah ternama untuk menciptakan mind set ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh tim-tim dunia, dengan demikianlah maka mereka berharap bisa membawa diri mereka ke level berikutnya.
Kedua, akuilah bahwa cara yang lama tidak lagi akan membawa Anda kemana-mana. Ada sebuah pepatah bagus yang mengatakan, “What Bring You Here, Will No Bring You There!” (Apa yang membawamu sampai kesini, tidak lagi akan membawamu ke sana).
Maka, akuilah cara sekarang bagus untuk tantangan masa lalu tetapi mungkin tidak lagi akan pas untuk tantangan berikutnya. Karena itulah caranya harus Anda ubah. Berpikirlah keras untuk mengubah dan mengembangkan dirimu agar dirimu bisa makin berkembang dengan cara-cara dan metode yang baru. Beranikanlah diri Anda pula untuk mencoba cara maupun teknik yang baru.
Ketiga, bayarlah ongkos sekolah. Terkadang, Anda harus belajar dari ahlinya, supaya Anda bisa berkembang menjadi lebih baik. Karena itulah, maka janganlah pelit untuk mengembangkan diri Anda dengan membayar uang sekolah, uang kursus ataupun unga pelatihan agar diri Anda bisa semakin berkembang lebih besar dari masalah Anda.
Masalahnya, banyak orang yang terlalu pelit dan merasa enggan untuk membayar ongkos sekolah ataupun training. Mereka merasa dirinya sudah tahu dan paham. Padahal, dunia terus berkembang dan berubah. Nah, saatnya Anda mengembangkan diri Anda jika tidak ingin terjebak dengan hasil yang begitu-begitu saja.
Oleh Anthony Dio Martin
Selanjutnya...