Aku ingat, saat malam alot. Semarang, roda tergelinding bersama kafan hitam terurai lepas. Tak lama,bisu kilat menyembul sedikit malu rupanya.Semilir debu berpelanting gerimis, masih setengah jalan, terus. Peluh urung tuk berbelok. Pada, Kendal jejak terhenti. Aku berbau rintik, tak apalah. Masuk, komandoku! Kornea melesat. Nah… disana. Remang, bersama semburat paras tertutup asap rokok. Sarung, kurus. Sudah tiga tatap, ingatan masih bening…pastilah dia!
Akhirnya,
Panggung dan tubuh tersatu merah
Gertak suara menyelimut, dia
Membara pada kertas
Mulutnya berpelantik terbakar
Membakar, sayat senar tertelan
Duh Gusti…
Aku kaku menganga