Wasiat

1312945325937759971
Kotak hitam, kusam dan berdebu yang sengaja dibawakan ibunya karena permintaannya, ibunya juga baru pertama kali melihat buku tersebut dan belum pernah membacanya. Hanya tiga tahun sekali dibukanya kotak itu. Buku harian berwarna biru dengan hiasan bunga-bunga berwarna kuning, terdapat huruf latin yang ditulis anak kecil namun indah,Kanaya. Dia beranikan diri untuk membuka buku harian yang hanya dia buka disaat dia merasakan sakit. Anehnya, di buku tersebut hanya berisi beberapa lembar tulisan, yang tiap lembarnya tulisan memmpunyai coretan yang semakin lama semakin indah.
Tulisan lembar pertamanya dia buka kembali dan membacanya…
9 Agustus 1995
Tuhan…
Saya Kanaya, umur 8 tahun, lahir di Semarang, 8 januari 1987. Kelas 2 SD.
Ini buku harian pertama.
Saya mau curhat, hari ini saya sedang sakit. Sudah satu bulan tidak berangkat sekolah. Badan saya lemas, lesu pusing. Ayah dan ibu selalu menangis memandangi saya. Saya sakit apa ya Tuhan? Apa saya akan mati? Katanya mati enak, kita bisa memakai gaun putih dan punya sayap.tidak merasa lapar dan haus.
Kalau saya mati saya nitip:
1. Ayah dan ibu tidak boleh menangis
2. Adeku nakal, semoga dia tidak nakal
3. Jaga ikan arwana saya, ikan itu makannya harus jangkrik yang kecil, selain itu dia tidak suka
4. Semoga rumah saya bisa dibangun dan tidak rusak lagi
Saya ingin itu Tuhan. Nanti saya menulis lagi kalau saya hidup 3 tahun lagi.
Ttd
Kanaya Dewanti
Gadis itu tersenyum sendiri melihat tulisannya yang enam belas tahu silam. Dia teringat waktu itu Ayah dan ibunya menemaninnya setiap hari di bangsal putih yang sekamarnya untuk delapan orang. Dulu dia berfikir setelah pulang dari rumah sakit dia akan segera meninggal.
Dibukanya kembali lembar, demi lembar berikutnya. Tak terasa air matanya mengalir dengan deras dan tertunduk membaca sendiri buku hariannya itu. Semakin dewasa dia semakin dalam mendalami makna dari kematian. Kesepian, kesedihan dan kehilangan yang akan ditorehkan untuk orang terdekatnya.
Lalu dia beranikan diri untuk menulis wasiat selanjutnya.
Semarang, 9 agustus 2011
Tuhan, hari ini umurku sudah 24 tahun. Banyak hal yang terjadi pada hamba di tiga tahun terakhir ini. Perasaan senang dan duka becampur lebur menjadi satu. Berat bagi hamba menjalani kehidupan pada bulan-bulan terakhir ini. Tidak pernah aku bayangkan hidupku akan menjadi seperti ini. Tapi banyak syukur yang hamba bisa ucapkan kepadaMu Tuhan..
Setengah nafas ini tidak tahu kapan berakhir, maaf untuk seseorang atau beberapa orang yang merasa tersakiti olehku. Aku ikhlaskan semua yang terjadi padaku. Aku lebur kebencianku di hari ini. Aku lebur lara hatiku di hari ini. Aku lebur semua kenangan yang tidak mengenakkan hari ini.
Mungkin hanya inilah yang hamba bisa utarakan di ramadhanmu, di waktu terakhirku.
Kanaya D
Dipeluknya buku tersebut. Terpejam sebentar mengingat nama-nama orang yang telah hadir dalam kehidupannya lalu tersenyum kecil… tertidur dalam rebahan terakhirnya.