Sang Mantan 3

Tergesa-gesa Melly keluar rumah dengan mengendarai sepeda motor merahnya. Dia benar-benar harus meninggalkan semuanya atas semua resiko yang dihadapinya. Walaupun Melly dari keluarga yang tidak mampu, tapi tekad Melly sangat kuat untuk membantu orangtuanya dengan jerih payahnya sendiri, bukan dari uang calon suaminya yang mempunyai watak perhitungan. Dia tidak mau suatu saat keluarganya di hina karena kemiskinannya. Dia tidak ingin hal itu terjadi. Hal inilah yang mendorong Melly berani mengambil tekad minggat dari pernikahannya yang sudah diatur sedemikian rupa.
Dan alasan ke dua adalah Awang. Lelaki yang sangat berarti bagi Melly. Dia ingin mengungkapakan semuanya kepada Awang kalau dia benar-benar sangat berarti bagi kehidupannya. Dua alasan inilah yang membuat Melly berani mengambil semua resiko yang terjadi.
Bergegas Melly menemui Awang .
“Ngapain loe bawa tas segeni gede, loe mau minggat ya Mel?” canda Awang yang melihat wajah Melly tegang, takut, kusut dan aneh melihatnya dengan tas punggung hitam.
“Iya gue minggat dari rumah Wang”
“Apa? Loe beneran minggat? Kenapa lo minggat Mel.. Aneh-aneh aja loe” tanya Awang kaget
Sejenak Melly mengambil nafas panjang, dan menceritakan perihal tentang pernikahannya, calon suaminya.
“Awang. Gue mau jujur sama loe”, dengan perasaan ragu diungkapkanlah yang terjadi
“Kenapa loe gak bilang dari dulu seh”
“Gue takut Wang..gue takut kehilangan loe.”
“Tapi kan bukan kayak gini carnya Mel… Gue sakit ati gara-gara loe boong kayak gini. Sekarang apa yang akan loe lakuin? Loe mo minggat selamanya?terus loe mau kemana?
“Gue gak tahu Wang, gue bingung”
“Ini pilihan loe mel, gue jug bingung ngasih solusi apa”
“Gue sayang loe”
“Apa?” loe sayang gue?bukannya perasaanmu hanya sebatas temen biasa?”
“Gue ngelakuin ini semua demi kita”
“Kenapa loe gak bilang dari awal mel?” jawab Awang lirih
“Loe sayang ma gue kan Wang… Gue nglakuin ini semua biar gue juga bisa bersama ma loe”
Awang tidak menjawab, dia hanya tertunduk lesu.
“Kenapa loe diem aja Wang? Kalau emang loe gak sayang kenapa waktu itu loe nyium gue?
Awang tetap tidak bergeming dan tidak mampu menatap Melly yang menatapnya dalam
“Mel…sorry, gue udah jalan dengan cewek lain. Lia… Orangtua kita juga sudah ketemu satu sama lain”
Melly merasa lemas. Tertunduk. Menangis…
Melly tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Di samping dia tidak menyukai cara orangtua menjodohkannya tapi di sisi lain dengan pembatalan perjodohan ini dia berharap bisa menjalin hubungan dengan Awang. Tapi takdir sama sekali tidak berpihak pada gadis ini. Dia tidak mendapatkan pilihan yang sudah direncanakannya.
“Emm…sepertinya memang ini takdir gue Wang..Gue sudah kehilangan semuanya…termasuk loe. Gue doain yang terbaik buat loe Wang”
Beranjak Melly pergi dari tempat duduk taman itu. Tiba-tiba tangan Awang sudah melingkar di pinggangnya, memeluk Melly dari belakang. Berharap gadis ini tidak pergi meninggalkannya. Terpaku Melly dalam hangat pelukan lelaki yang dicintainya.
Melly sangat terpukul dan kecewa atas apa yang terjadi. Dia merasa Tuhan tidak adil dengan takdirnya. Sedangkan Awang merasa ersalah kepada Melly, Awang tidak tega menyakiti gadis ini
“Loe mau kemana Mel?”
Melly tidak menjawab. Mulutnya terkunci atas semua kekecewaan yang entah kepada siapa dia harus melampiaskan kekecewaan ini. Dia ingin sekali marah dan berteriak. Tapi kepada siapa berteriak marah dia pun tidak tahu.
Dia berusaha melepas pelukan Awang, tapi tangan Awang sangat kuat. Berusaha Melly melepas pelukan Awang tapi sia-sia
“Lepasin gue Wang. Please…” pinta Melly dengan datar
“Gue gak tega liat loe kayak gini Mel. Gue gak mau loe pergi ninggalin gue”
“Terus mau loe apa Wang? Gue tetep disamping loe dan melihat loe bermesraan dengan Lia. Atau loe mau liat gue nikah dengan Agung dan tersiksa seumur hidup?”
Awang tidak menjawab, perlahan-lahan dekapan Awang mengendor. Membiarkan Melly terlepas dari dekapannya. Melly tidak berbalik untuk melihat lelaki itu. Dia meninggalkan Awang. Melly pergi entah kemana. Pergi meninggalkan semuanya.
Inilah konsekuensi yang Melly ambil. Dia pergi dengan membawa Rp. 0 dan juga membawa luka kekecewaan atas cintanya kepada Awang.