Tuhan…. Apa salahku??

Darah mengucur dari kening wanita ini. Aku terpaku dalam tangis, gemetar rasanya, sekujur tubuhku menggigil luar biasa. Rahang dan tenggorokanku kaku, hanya lenguhan nafas kering yang keluar dari tenggorokanku.
Aku mencoba meraih tangan wanita itu. Lunglai sekali tubuh ini. Tapi aku masih berusaha meraihnya. Aku mencoba menyeret kaki kiriku yang tak mampu lagi melangkah.
Tubuh wanita itu telah menjadi dingin… Aku bingung… Aku takut sekali… Aku mencoba teriak, tapi aku tahu suaraku tidak akan jelas mereka dengar. Aku mengerang dalam tangisku…
Tuhan…. Apa salahku??
**
“Nak… ayo buka mulutnya, sini bunda suapin.. ha…” rayu bunda sambil mencoba menyuapiku di siang ini. Ayam goreng dan soup jagung. Menu makan siang menjadi favouritku. Bunda tahu apa yang aku suka dan tidak suka walaupun aku tidak pernah mengucapkannya. Beliau punya insting mengagumkan tentang aku. Dia selalu menyediakan yang terbaik buatku.
“Nah… makan yang banyak sayang. Haaaa….em…. anak pinter. Bunda sayang kamu…” ciuman kecil mendarat di keningku.Aku senang sekali dengan nada suara bunda rendah, menenangkan. Selesai menyuapiku. Bunda langsung beranjak menuju dapur mencuci bekasku masak. Ingin aku memeluk punggung wanita itu. Perawakan kecil sekitar 150 cm dan kurus. Peluh keringat menetes dari keningnya. Ah… pasti bunda hari ini lelah sekali.
Tiba-tiba terdengar orang membuka pintu dengan keras sekali. Aku tidak tahu tamu siapa yang datang di siang begini. Bunda langsung bergegas pergi meninggalkan dapur dan menuju ruang tamu. Tapi langkahnya terhenti. Dia memandang datar pada sosok itu. Ah….dia ayahku. Tapi siapa lagi wanita yang ada di pelukanya itu?
“Apa-apaan kau ini. Sudah tidak kerja. Mabuk dan membawa wanita jalang datang kerumah di siang bolong begini.” tanyanya meluapkan marah dan lelah kepada Ayah. Ini bukan pertama kalinya ayah datang membawa wanita masuk kerumah. Kadang setiap malam aku mendengar gaduh gelak tawa percakapan ayah dengan wanitanya di saat bunda tidur di sampingku.
“Ah… banyak bacot loe Nik. Udah kagak usah ngurusin gue” jawab ayah sambil lalu dengan tetap menggandeng wanitanya menuju kamar ayah. Ya.. kamar ayah.. karena sudah bertahun-tahun sejak aku lahir bunda tidak pernah tidur dengan ayah.
Bunda terkulai lemas sampai tertunduk didepan kamarku. Sekejap bunda langsung menghampiri ayah di kamarnya. Di tamparnya ayah, dijambaknya wanita di samping ayah. Ibu berteriak keras kesetanan.
“Laki-laki Bajingan! Kenapa kamu begitu tega dengan anak dan istrimu. Sudah 10 tahun aku diam dan mengalah, tapi kamu seenaknya seperti ini. Kenapa kau menyiksaku seperti ini!”
“eh… Nik. Apa loe gak nyadar! Loe tu pembawa bencana. Salah sendiri kagak mau dicerai!”
“Teganya kamu… membuang kita seperti sampah. Apa kamu lupa janji kalau bakal mencintaiku dan anak kita”
“Gue malu punya anak dan bini tolol kayak loe.”
Sejenak bunda tidak membalas omelan ayah. Tangis bunda terhenti. Seketika kegaduhan berubah menjadi sunyi mencekam, hatiku semakin khawatir.Kenapa… Kenapa.. tangis bunda tidak terdengar lagi. Bunda…? Pa yang terjadi dengan bunda ayah? Hatiku semakin tak karuan, aku kayuh roda kursi ini, mencoba untuk mendekati kamar ayah… Belum sampai aku mendekati kamarnya, Ayah lari terpontang panting diikuti wanitanya dengan wajah ketakutan, dan menabrakku. Aku jatuh terpental… Apa yang terjadi… Bunda.. Bunda… aku mencoba bersuara tapi percuma …. aku bisu dan lumpuh…