Lipstik Merah Jambu, Siera



Diandra tersenyum kecut melihat polah tingkah kedua sahabatnya. Radit dan Adam. Mereka berdua selalu membahas tentang si Siera blesteran Padang- Perancis yang bohai. Tidak ada mata lelaki yang menilainya tidak cantik. Rambut panjang hitam ikal sepinggang dan kulitnya yang putih memunculkan imajinasi film dewasa ilegal di bawah alam sadar bagi semua kaum adam.
“Sumpeh, gue kagak nyangka ada makhluk seindah Siera” kata Radit sambil memandang Siera yang sedang sibuk mengobrol di bangku taman kampus dengan memakai short dresspink dengan belahan menurun yang membuat bagian lain terlihat menyembul keatas.
“Iye.. wajahnya bening Bro. kagak ade jerawat blingsatan di mukenye. Bodinye..haduh kagak nahan” kata Radit masih menganga setiap melihat Siera.
“Woi pada mangap gitu, kenape seh kalian?” kata Diandra datang sambil merampas korek dari tangan Adam yang sedang mangap pula.
“Ah..loe ganggu aja ndra. Kite lagi liatin Siera. Ajubune… jarang ada stock wajah cewek kayak gitu di Jakarta” kata Adam tidak mampu berkedip apalagi memandang Diandra yang baru datang.
“Hehehe… udah 2 semester kalian jadi penggemar rahasia bulukan yang hanya mampu melototin dadanya doank” jawab Diandra ketus
“Enak di pandang semua bagian tubuhnya, Nyet. Daripada elo… cewek bukan cowok juga bukan. Ngampus pake jeans ama kaos gombor mlulu. Rambut awut-awutan. Bau rokok pula. Hedeh…”balas Radit cekikan
“Eh.. Dit, gue sebenarnya cantik klo gue mau dandan kayak Siera tapi gue ogah ribet! “ kata Diandra sambil nenggak es cendol Radit yang tinggal separoh.
“Heleh… loe kan cewek cuman di katepe doank Nyet!”
Diandra terdiam sejenak. Lalu dengan mulut manyun meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang menikmati kecantikan Siera. Ya… sejak kecil hingga sekarang Diandra memang penuh paradok. Nyaman berpenampilan macho sejak usianya 5 tahun dan gemar melakukan olahraga ekstrim layaknya cowok.Ada suatu kecemburuan tersendiri di hati Diandra bahwa dia ingin membuktikan pada sahabatnya, jika dia juga bisa cantik seperti Siera . Sebenarnya, Diandra dan Siera sudah kenal begitu dekat sewaktu SMA. Sejak lulus SMA, Siera ikut orangtuanya selama setahun di Perancis dan akhirnya kembali lagi ke Indonesia dan tiba-tiba menjadi adik kelasnya di kampus dengan jurusan yang sama diambil Diandra. Tapi, tidak pernah sepotong kata pun atau sapa keluar dari mulut keduanya. Mereka berpura-pura tidak pernah kenal satu sama lain.
*
Short dress warna hijau muda selutut dan wedges putih. Tak lupa memoles wajahnya yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak tersentuh make-up. Dan lipstik merah jambu, yang selalu disimpannya dan tak pernah dipakainya.
Dengan gemetar dia lukiskan lipstik merah jambu ke bibirnya. Dia pandangi sejenak bibir dan mengelusnya dengan lembut. Ada rasa sakit. Ngilu. Rindu…
“Oke finish” katanya memandang dirinya sendiri di depan kaca. Sekali lagi dia mematut-matutkan tas yang akan dibawanya hasil palakan dari Kak Dewi. Cole abu-abu jadi pilihannya ke kampus pagi ini dan memarkirkan sejenak ransel buluk kesayangannya.
Kak Dewi dan mamanya terkaget-kaget melihat penampilan Diandra keluar dari kamarnya.
“Woi…. Kesambet setan loe?” kata Kak Dewi
“Hus… jangan bilang gitu ah. Lihat, Diandra memang cantik kalau berpenampilan seperti ini. Akhirnya mama baru yakin jika di bulan April 20 tahun silam mama melahirkan anak perempuan bukan laki-laki” kata mama tersenyum sambil membenarkan rambut Diandra.
“Udah ah.. Diandra pergi dulu ya” kata Diandra sambil meninggalkan Mama dan Kak Dewi tersenyum melihat perubahan drastisnya.
Sesampainya di kampus, dia langsung menyambangi tempat nongkrong sahabatnya. Tanpa berkata-kata dia duduk di sebelah Adam yang sibuk dengan netbook-nya dan Radit yang sibuk mencet tuts handphone.
Saat Diandra mulai duduk, dengan serempak mereka mematung melihat penampilan Diandra hari ini.
“Subhanallah…… loe Diandra?” kata Adam menganga
“Ini bukan mimpi kan? Cantik bener loe Nyet eh Diandra… Sumpah” kata Radit
“Nah gini gue baru percaya klo loe cewek. Sumpah loe gak kalah jauh ma Siera kalau gini” cetus Adam
Dari kejauhan, Siera mendengar obrolan mereka.Tatapan tajam tertuju pada Diandra dengan penampilan barunya. Diandra juga menatap Siera dengan tajam tanpa ada sedikit senyum. Kedua sahabatnya juga melihat Siera dingin menatap mereka.
“Eh.. Nyet, apa gue tadi omongnya keblabasan yak? sampe-sampe Siera denger terus mlotot ke kite. Wah dia kalah saing tuh kayaknya.” Kata Adam lirih
“Mungkin .. Dia kan temen gue dari SMA. Emang orangnya kayak gitu kok” jawab Diandra datar
“Heeeee…… kenape loe baru bilang klo die temen loe SMA? Kalau emang die temen loe kenapa gak pernah ngobrol atau nyapa loe?” tanya Radit heran
“Gak ngerti deh” jawab Diandra datar
Diandra diam. Merenung dan meraba maksud tatapan Siera. Dari kejauhan Siera masih memandang Diandra diam-diam. Diandra tahu Siera pasti bakal marah melihat perubahannya, apalagi lipstik merah jambu miliknya melekat di bibir Diandra.
*
I want to meet u, Diandra… gue tunggu di cafĂ© tempat biasa dulu kita ketemu. Masih inget kan? Jam 7 malam. Jangan loe pake baju tolol seperti tadi siang.Siera
Diandra merasa heran kenapa Siera tahu nomor ponselnya dan kenapa juga dia tiba-tiba ingin bertemu denganku. Diandra tidak memakai baju feminim seperti waktu di kampus siang tadi. Dia memakai celana pendek selutut dan kaos di balut jaket.
Disana, Siera sudah menunggu diiringi alunan musik Spanyol kesukaannya. Tempatnya duduk menghadap small stage membelakangi pintu masuk. Jadi, dia tidak mengetahui kedatangan Diandra.
“Hai… dah dari tadi?” tanya Diandra
“Gak baru aja” jawab Siera datar
Waiter tiba-tiba datang dan menyodorkan buku menu dan siap untuk mencatat pesanan mereka,
“Loe belom pesen ya? Hem…. Gue pesen apaan ya? Kata Diandra sambil bolak-balik buku menu
“Cappucino latte dengan sedikit cream dan gula. Tanpa choco granul 2 gelas please” terocos Siera tanpa memberikan waktu sedetikpun untuk Diandra memesan pilihannya
“Hem… loe masih inget juga” kata Diandra. Siera hanya diam tidak menjawab
Setelah waiter meninggalkan mereka berdua. Susaana menjadi hening. Kaku.
“Kenapa loe tiba-tiba sms gue dan minta ketemuan disini?” tanya Diandra
“Gue eneg aja liat tampilan loe di kampus tadi.” jawab Siera datar
“Terus apa urusan loe? Serah gue donk mau pake apa!” kata Diandra meluap
“Diandra…. Gue gak suka aja loe berpenampilan kayak gitu. Apa lagi dengan lipstik gue di bibir loe. Gue tau itu lipstick pink gue kan! Dulu, loe selalu memuji bibir gue karena terlihat cantik dengan lipstick itu. Loe gak pantes pake lipstik itu, cuman gue. Hanya gue yang pantes!” kata Siera
“Eh Siera! Emang loe doank yang bisa berpenampilan kayak gitu. Iya ni lipstik loe. Emang napa? “ tukas Diandra dengan suara tinggi
Tatapan Siera yang mulanya penuh amarah mendadak berubah. Matanya berkaca-kaca, bibirnya gemetar.
“Gue tau loe masih benci dengan gue gara-gara gue ke Perancis tanpa sepengetahuan loe. Maafin gue” kata Siera lirih.
Diandra tidak langsung menjawab. Dia menatap tajam ke mata Siera yang berkaca.
“Tega loe!” kata Diandra tegas
“Gue terpaksa. Ortu gue maksa gue harus ninggalin Indonesia. Gue di sana juga tersiksa makanya gue berusaha balik lagi dan nyariin loe sampe bela-belain ambil kampus dan jurusan yang sama kayak loe!” kata Siera terbata-bata sambil melihat mata Diandra dalam.
“Sudahlah.. gak usah loe ungkit-ungkit masa lalu. Gue dah maafin loe. Gue dah ikhlasin kepergian loe” jawab Diandra lirih
“Gue masih merasa bersalah,” air amata Siera mengucur dengan deras
“Sekarang apa yang loe inginkan?” tanya Diandra
Siera hanya diam tidak menjawab. Mereka hanya menatap mata masing-masing, sangat dalam , serasa ingin mengungkapkan … aku rindu, aku masih mencintaimu seperti dulu.