Memang Ibuku Beda, Terus?

 
“Persetan dengan caci maki mereka” umpatku dalam hati, mulutku tidak mungkin bisa melawan mulut bringas mereka yang selalu mengucilkan kami. Yang pasti aku selalu menyayanginya, dialah ibuku. Mereka selalu mengolok-olok kami tanpa mau memahami perasaan kami.
“Bu, tasku sudah rusak, ibu punya uang jika Doni ingin tas baru? tanyaku halus, aku takut ibu akan marah.
“Iya sayang, akhir bulan ini ibu janji akan membelikan tas baru. Yang penting kamu konsentrasi belajar dan dapat nilai bagus” jawab ibu sambil mengusap rambutku.
“Makasih bu… Iya Doni akan belajar lebih rajin lagi biar ibu bangga dengan Doni.” jawabku mantap
“Kamu adalah anugerah ibu, Nak. Aku selalu bangga denganmu. Kamu pintar, cakep dan sayang ibu. Mana mungkin ibu tidak bangga”.
Dia adalah seseorang yang sangat mengerti diriku walaupun dia bukan ibu kandungku dan walaupun dia bukan seperti ibu mereka. Perhatiannya sungguh luar biasa, jika aku terlambat makan pasti dia akan marah, jika aku sakit setiap malam ibu disampingku terkadang air matanya luluh dalam bayang samar malam. Aku bisa merasakan betapa berartinya diriku buat dia.
“Ibu mau kemana malam-malam begini?” tanyaku
“Kerja, Nak. Kan kita butuh makan sayang” jawabnya
“Seharian ibu sudah bekerja, istirahat dulu lah bu. Sudah jam 2 malam begini, Doni gak tega ibu bekerja keras begini.ya bu ya… malam ini jangan bekerja dulu, biar Doni urut tubuh ibu” pintaku
“Ah… tidak apa-apa ibu kuat sayang..”
Diambilnya baju seksi dengan memperlihatkan dadanya yang terlihat sedikit menyembul keatas. Di rias wajahnya dengan perlahan dan lipstik merah bertengger di bibirnya. Dan aku, disini hanya terdiam melihat dia berdanda di depan kaca. Huhfff…. ingin sekali aku menanyakan mengapa harus seperti ini. Tapi aku takut menyakiti hati ibu, dan akupun tidak pernah bilang pada ibu jika di mana-mana mulut mereka selalu mencerca kami. Pasti ibu akan sangat kecewa.
“Aku tahu apa yang kau pikirkan Nak”
“Ibu….” lamunanku terpecah oleh suaranya yang parau
“Maaf Nak, kamu harus memiliki ibu seperti aku. Kamu pasti diejek orang-orang kan?”
“Gak kok,bu”
“Sudahlah janga berdusta. Ibu tahu….Ibu paham. Kamu telah menyelamatkan ibu dari pria-pria mabuk dulu kala. Dengan tubuh kecilmu itu kamu mati-matian melindungi ibu. Hanya kamu yang menghargai ibu seperti manusia lainnya. Makasih ya Nak” air mata meleleh perlahan dari matanya, hingga make up yang dipakainya luntur.
“Aku sangat menyayangi ibu”
“Aku juga nak…makanya ibu akan membantumu bersekolah karena kamu pintar, sayang jika pendidikanmu hanya tamat SD saja. Ibu akan berjuang demi kamu Nak… Jangan sampai, kamu berkutat dalam kehidupan seperti ibu ini. Biar ibu saja yang menjalani sisi gelap dari sebuah kehidupan”
“Aku ingin ibu hidup normal, aku tidak ingin ibu hidup seperti ini terus. aku mohon Bu..aku sangat mencintai ibu!”
Ibu hanya diam dan bergegas mengambil tas. Dia meninggalkanku di malam ini bersama rintik hujan.
*
Di pagi aku terbangun. Terkaget ku melihat sosok sedang terbaring di sisi ranjangku sambil menggenggam tanganku. Ini bukan ibu yang selama ini aku lihat. Tapi aku sangat menyukai apa yang aku lihat sekarang
“Ibu…?” sambil ku memeluk tubuhnya
Dia tidak menjawab hanya menikmati tubuhku memeluknya.
“Aku senang ibu sudah berubah”
“Jangan kau panggil aku ibu lagi. Panggil aku Ayah”
“Iya.. Ayah… aku mencintaimu”
“Nah… sekarag kamu bantu ayah menjual semua baju wanita ini, terus kita beli tas sekolah baru”